PROFIL DESA CURUG WETAN
SEJARAH SINGKAT DESA CURUG WETAN
SEJARAH SINGKAT DESA CURUG WETAN
Sekitar Abad XV, seorang keturunan
Pajajaran bernama PANIPES pergi
berkelana dengan anak buahnya menuju ke arah timur laut dengan maksud untuk
mencari kehidupan baru. Setelah menempuh perjalanan cukup panjang sampailah
disebuah tempat yang dianggap tepat untuk membuat babakan. Dengan dibantu anak
buahnya, ia membabat hutan belantara untuk lahan pertanian dan tempat tinggal.
Setelah sekian lama bermukim, seluruh penghuni bersepakat untuk memberi nama
babakan tempat mereka tinggal tersebut.
Pada suatu hari diadakanlah
musyawarah untuk membahas nama daerah itu, namun dari sekian banyak usulan yang
diajukan tidak satupun yang pantas digunakan. Akhirnya dengan perasaan tidak
menentu Panipes pergi menyusuri Sungai Saripah.
Sesampainya dilembah sungai yang bertebing ia duduk beristirahat sambil
termenung memperhatikan mata air yang mengalir deras ke bawah (Nyurug
: Bahasa Sunda). Dalam
hatinya terbersit keinginan untuk mengabadikan peristiwa menakjubkan tersebut
menjadi sebuah nama desa. Akhirnya melalui kesepakatan seluruh penghuninya
daerah yang mereka huni itu dinamakan CURUG,
artinya air yang mengalir deras dari tempat yang lebih tinggi. Sebagai
penghargaan dan kepercayaan penduduk terhadap pemikiran Panipes, diangkatlah
Panipes sebagai kuwu pertama Desa Curug dengan gelar BUYUT CURUG LANDUNG yang memiliki arti pimpinan yang berjiwa luhur dan
bijak dalam memutuskan suatu perkara.
Dalam pandangan Buyut Curug Landung,
kesejahteraan masyarakat hendaknya didasari atas ketersediaan bahan pangan
sebagai kebutuhan pokok yang cukup. Untuk mewujudkan keinginannya itu, ia
bersama rakyatnya bekerja keras memperluas tanah pertanian dengan cara membabat
hutan sampai jauh ke pedalaman sehingga terbentuk beberapa blok pertanian
seperti Blok Kubang Serut, Blok Sumur Dana, Blok Jaga Wana, Blok Lamaran, Blok Nangklong
dan Blok Jatipiring.
Buyut Curug Landung terkenal
mempunyai kepandaian dalam bidang pertanian. Ia mengerjakan sendiri lahan
pertanian yang begitu luas, mulai persiapan penanaman, menuai hingga mengangkut
hasil panen, sehingga lumbung padi di desa terus dipenuhi hasil panennya.
Menjelang usia tua, pekerjaan tersebut diserahkan kepada gandeknya. Ia
menyampaikan pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh gandeknya yaitu pada
saat mengangkut hasil panen dilarang bersiul dan menoleh ke belakang dalam perjalanan.
Apabila
pantangan dilanggar maka mukjizat dari langit akan hilang, dan dapat berakibat
buruk pada hasil panen berikutnya yang tidak akan melimpah ruah meskipun anak
cucunya bersusah payah dalam mengolah lahan pertanian. Demikian amanat yang disampaikan
kepada gandeknya supaya ditaati sebaik-baiknya.
Manusia terkadang tidak luput dari
sifat lupa dengan dilanggarnya pantangan Buyut Curug Landung. Berawal dari
seorang gandek yang bersiul-siul dan menengok ke belakang ketika pulang dari
sawah membawa dua ikat padi. Dalam sekejap tiba-tiba datang peristiwa aneh
dimana padi yang dibawa menjadi lebih berat, tidak terangkat lalu semakin
menumpuk.
Melihat kejadian tersebut Buyut
Curug Landung sangat menyesalkan gandeknya melakukan pelanggaran, sambil
mengatakan “ Dingin Pinasti
Anyar Pinanggih
“ yang mengisyaratkan bahwa dikemudian hari penduduk Desa Curug
dikhawatirkan mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Hingga
sekarang masyarakat Desa Curug sangat tabu untuk bersiul-siul di sawah dan
menengok ke belakang saat membawa hasil panen.
Desa Curug merupakan desa tertua
diantara desa-desa yang ada di wilayah Cirebon.
Desa yang terletak di Kecamatan Susukanlebak ini jaraknya berdekatan dengan
kaki Gunung Ciremai dan memiliki banyak sumber mata air seperti : Sumur
Katipes, Sumur Kejayan, Sumur Anggrong, Sumur Bunut dan Sumur Santri.
Sikap hidup penduduk Desa Curug pada umumnya senantiasa berpedoman kepada
filosifi leluhurnya yaitu “
Sugih ora ngerawati, miskin ora lebihan
“. Dan sebaliknya apabila miskin, tidak gelisah untuk mencari
nafkah.
Dengan
semakin banyaknya penduduk di Desa Curug, maka pada tahun 1985 Desa Curug
dimekarkan menjadi Desa Curug dan Desa Curug Wetan.
Peninggalan
(situs) di Desa Curug :
1.
Galagah Jambu : Pekuburan
Pekakas Perang
2. Tengah Dayeuh : Pekuburan Pangeran Sutajaya
3. Gintungan : Bekas Telapak Pangeran Cakra Widenda dari Cirebon.
4. Dukuh Sungging : Pekuburan Kyai
Sungging Pelabangkara
5. Kedut : Bekas telapak Nyi Ratu Silih Asih beserta Pangeran Purba.
Nama-nama Kepala
Desa/Kuwu Curug Wetan adalah :
1.
Kurdi : Tahun 1985 ~ 1989
2. Hj. Umayah : Tahun 1990 ~ 1994
3. Sumarjo : Tahun 1995 ~ 2003
4. H. Purwa : Tahun 2003 ~ 2014
5. Jaenudin, SH : Tahun 2015 ~ sampai dengan sekarang
Nama-Nama
Perangkat Desa Curug Wetan
1.
Mulyana : Sekretaris
desa
2.
Ade Muyono : Kasi
Pemerintahan dan Pembinaan Kemasyarakatan
3.
Subandi Mardiwinata : Kasi
Pemberdayaan Masyarakat
4.
Agus Wahyu Sugianto : Kasi
Perekonomian dan Pembangunan
5.
Anas Wahidi : Kaur
Umum
6.
Kamijan : Kaur
Keuangan
7.
Ahmad Najiyullah : Kaur
Program
8.
Amanah : Kepala
Dusun I
9.
Cecep Supria : Kepala Dusun II
10. Nia Murniati : Bendahara
Ada informasi tentang Kuwu Bangi (1913-1945)?
BalasHapustidak punya gan?
HapusKetika Saya berziarah ke makam. Tanpa tidak sengaja pandangan Saya tertuju beberapa makam yg menurut saya bentuk makam tersebut mengandung simbol kerajaan/keraton tersendiri. Dan benar saja setelah saya dekati disitu tercantum nama RADEN KARTA SUWANDA dan satunya lagi bernama WIDJAJA WIPRADJA (KUWU CURUG) tertera wafat Tahun 1941 lainnya identitas tidak diketahui. ada yang kenalkah dgn nama tersebut? Sepertinya ini sejarah. Lokasi makam ada di pemakaman umum Desa Curug Kec. Susukanlebak
BalasHapus